Beberapa waktu lalu, saya sempat
melihat pemberitaan isu yang semakin hangat bahwa Joko Widodo atau yang lebih
akrab di sapa Jokowi yaitu Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 akan
mengajukan diri sebagai calon Presiden RI di Pemilu tahun 2014. Dalam hati saya
berkata, “ah, mana mungkin Jokowi berani sampai seperti itu”. Saya tidak hanya
asal dalam menerka, karena beberapa waktu lalu saya sempat melihat video
kampanye Jokowi-Ahok di Youtube.com sewaktu mencalonkan sebagai Gubernur dan
Wakil Gubernur DKI Jakarta, dengan judul “Kami
Pegang Janji Jokowi”. Salah satu momen di video tersebut terlihat Jokowi
berkata “Jowoki dan Basuki (ahok) komit
untuk memperbaiki DKI Jakarta lima tahun”. Terlihat janji-janji manis yang
diucapkan oleh pemimpin blusukan ini, yang mana berjanji akan memperbaiki
permasalahan yang ada di DKI Jakarta.
Janji tinggalah janji, ternyata
pemimpin perubahan ini tidak berbeda halnya dengan para pria Playboy yang suka mengumbar janji manis
kepada lawan jenisnya, agar tertarik menjadi wanitanya atau pasangannya. Pada
hari Jum’at, tanggal 14 Maret 2014 di Rumah Si Pitung, Rusun Marunda Jakarta,
Jokowi mendeklarasikan pen-capres-annya
yang diusung partai Banteng Merah yaitu PDIP. Diumur yang belum genap 2 tahun
dalam memimpin DKI Jakarta, Jokowi mengingkari janji yang pernah dikatakannya
di depan masyarakat banyak.
“Aneh” mungkin satu kata yang
terlintas di benak saya kali ini. Mungkin benar, di Politik 1 + 1 tidak selalu
2 hasilnya, bisa 3, 4,5,6,7,8,...... tidak terhingga, begitu lah kata
orang-orang politik. Saya tidak bermaksud untuk menjelekkan Jokowi atau
sebagainya. Saya kagum dengan beliau, saya bangga melihat sosok beliau dan saya
sangat menghormati keputusan beliau. Hanya saja, saya “sedikit” kecewa dengan
keputusan beliau, yang terkesan tidak amanah, dan bahkan terkesan mundur dari
tanggung jawabnya.
Banyak pro dan kontra yang
terjadi ketika pencapresan Jokowi, seperti curiga-nya beberapa kalangan
masyarakat dan beberapa tokoh politik. Ketika Jokowi mendeklarasikan
pencapresannya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami
peningkatan drastis yang sebelumnya -1 poin (minus) menjadi 3 poin (plus).
Harga rupiah yang terapresiasi dari 11.400-an menjadi 11.200-an. Sejarah
Indonesia mencatat baru pertama kalinya pendeklarasian capres dapat
mempengaruhi IHSG dan kurs. Seperti ada intervensi yang besar dari pihak asing
yang mem-backing pemimpin rakyat
Jakarta ini. Semoga saja itu hanya fenomena yang kebetulan saja terjadi, karena
bagaimanapun setiap publik figur akan selalu menghasilkan pro dan kontra dalam
hal apapun yang dilakukan tidak terkecuali Jokowi.
Mungkin Jokowi tidak buta ketika
melakukan blusukan ke kampung-kampung kumuh di jakarta, melihat masyarakat
miskin di bantaran kali maupun di kolong jembatan yang tersenyum bahagia ketika
melihat Gubernur Idamannya datang dan berbincang-bincang dan sesekali
menyalaminya. Mungkin Jokowi tidak tuli ketika mendengar aspirasi masyarakat
Ibu Kota yang haus akan perubahan. Sepertinya, Jokowi hanya lupa untuk
mengingat apa saja yang telah beliau janjikan kepada masyarakat DKI Jakarta.
Saya yang hanya seorang
Mahasiswa, mungkin tidak sehebat bapak, tidak sepintar bapak, saya hanya bisa
mengkritiki bapak dan mungkin tanpa solusi yang berarti. Akan tetapi di dalam
hati saya yang paling dalam, saya menaruh harapan kepada bapak Jokowi akan
perubahan yang akan bapak berikan untuk DKI Jakarta. Sekarang harapan saya
sudah hilang, bapak lebih memilih mengikuti mandat partai bapak dari pada
memilih suara masyarakat DKI Jakarta. Sekarang silahkan bapak siapkan apa saja
“janji” yang akan bapak berikan untuk Ibu Pertiwi ini, untuk Pemilu 2014. Yang
bisa saya lakukan saat ini hanya berdo’a yang terbaik untuk bapak, DKI Jakarta
dan tentunya Indonesia. Salam Hormat.
Dituliskan oleh Luqman Azis -