“MANUSIA IDAMAN IBUKOTA”
"Buanglah sampah pada tempatnya"
Mungkin sejak kita duduk di bangku sekolah dasar atau bahkan taman kanak-kanak bila yang pernah mengalaminya seperti saya, tentu tidak asing dengan kata-kata itu. Yap, benar sekali, kata-kata itu sering sekali muncul di buku pelajaran kita atau sekedar poster yang ditempelkan pada dinding/tembok sekolah kita.
Mungkin sejak kita duduk di bangku sekolah dasar atau bahkan taman kanak-kanak bila yang pernah mengalaminya seperti saya, tentu tidak asing dengan kata-kata itu. Yap, benar sekali, kata-kata itu sering sekali muncul di buku pelajaran kita atau sekedar poster yang ditempelkan pada dinding/tembok sekolah kita.
Emang
apa sih artinya ? Penting banget gak sih ? Ahh cuma tempelan aja kok, sekedar
hiasan dinding/tembok. Mungkin banyak para masyarakat umum yang memandang tulisan
himbauan tersebut hanya sekedar tulisan, poster atau tempelan yang tidak
memiliki nilai yang berarti. Akan tetapi banyak juga masyarakat yang memandang
arti yang mendalam tentang himbauan tersebut, karena tetap saja tidak mampu
melekatkan ke otak atau lebih jauh lagi ke dalam hati. Itu terlihat dari
perilaku masyarakat yang selalu membuang sampah sembarangan.
Jikalau
anda melihat pernyataan saya diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaran
masyarakat Indonesia akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya sangat
rendah. Itu terlihat dari fakta pada sungai-sungai, kali-kali, gorong-gorong
atau “got” yang ada di lingkungan masyarakat banyaknya tumpukan sampah yang
berserakan bahkan sampai menghambat aliran air yang mengakibatkan tidak
mengalirnya air tersebut dan memberikan dampak yang sangat buruk.
Sumber Google Images 1
Tentu
anda sangat melek akan berita pada beberapa waktu ini, mengenai bencana banjir yang
ada di Indonesia, seperti Manado dan Ibukota tercinta yaitu Jakarta. Pada tulisan
saya ini, saya lebih condong untuk mengkritik kondisi banjir yang ada di
Jakarta, karena kebetulan saya berada di lingkungan sekitar Jakarta, sehingga
saya dapat melihat dengan mata kepala saya sendiri fakta yang sebenarnya.
“Bapak
Presiden kita payah, Bapak Gubernur Jakarta juga payah, masak masalah banjir
kaya gini gak pernah bisa diselesaikan, kerjaannya hanya korupsi, politik busuk
dan pencitraan”. Eettttt tunggu dulu, kita pasti sudah tidak asing juga kan
dengan keluhan-keluhan seperti itu ? Keluhan-keluhan yang keluar dari sesosok
manusia yang memiliki mental pecundang, tidak memiliki akal dan fikiran, sangat
tidak layak disebut manusia, karena yang dilakukannya hanya mengeluh dan
mengeluh. Memangnya dengan anda mengeluh, masalah akan terselesaikan ? Mungkin
anda yang merasa manusia yang memiliki mental petarung dan memiliki akal dan
fikiran yang dapat menjawabnya.
Menurut
saya, permasalahan sampah di Ibu Kota sudah tidak dapat dianggap remeh lagi.
Dengan fakta di lapangan membuktikan bahwa salah satu penyebab banjir di Ibukota
adalah, tidak mengalirnya aliran sungai besar yang menjadi lintasan air kiriman
dari daerah sekitar Jakarta yang bermuara ke laut utara Jakarta, yang diakibatkan
oleh pendangkalan pada dasar sungai yang disebabkan menumpuknya sampah-sampah
yang dibuang oleh masyarakat yang memiliki mental pecundang yang tidak memiliki
akal dan fikiran. Anda tidak percaya ? silahkan anda lihat kali Ciliwung atau
sungai lainnya seperti kali Pesanggrahan.
Sumber Google Images
2
Apabila
masyarakat Indonesia khususnya Ibu Kota jakarta masih memiliki mental pecundang
yang tidak memiliki akal dan fikiran seperti yang disebutkan pada pernyataan saya
tadi, jangan pernah berharap Indonesia khususnya Jakarta akan terbebas dari
penyakit lama yang selalu kambuh disaat hujan datang. So, apakah anda memiliki
kriteria masyarakat idaman ibu kota yang selalu membuang sampah sembarangan ?
Posted by Luqman Azis (Wasekum Litbang HMI
Cab. Bogor Kom. FEM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar