Seorang
guru sekolah dasar berkata kepada murid-muridnya di kelas, “ Dahulu para
pahlawan bangsa mengangkat senjata rampasan, pedang, bahkan bambu runcing untuk
melawan penjajah demi merebut kemerdekaan”. “Tetapi hari ini, kalian hanya
perlu menggunakan otak dan pena kalian untuk melanjutkan perjuangan mereka”
lanjutnya. Perkataan guru sekolah dasar ini mungkin hanyalah kalimat sederhana
yang sering kita dengar selepas pelajaran sejarah di seekolah dasar. Namun,
ketika kita memaknai lebih lanjut perkataan ini merupakan pesan yang
disampaikan oleh para pejuang dan pendiri Bangsa Indonesia.
Sangat berat perjuangan para pahlawan
dalam merebut kemerdekaan bangsa ini. Semua kemewahan dunia rela mereka
korbankan demi kehormatan dan kedaulatan bangsa yang mereka cintai. Dengan
bermodalkan semangat dan keyakinan mereka berjuang untuk keberlangsungan hidup
anak-cucu mereka. Tak ada yang mereka takuti, bahkan mereka menganggap kematian
sebagai kesucian dari hidup mereka. Satu hal yang menjadi keyakinan meka adalah
bangsa ini akan menjadi besar ditangan generasi mendatang.
Ketika dahulu para pejuang bangsa
mengorbankan tumpah darah untuk mengantarkan bangsa ini kedepan pintu gerbang
kemerdekaan (Alenia Ke-2 UUD ’45). Maka, logika sederhana terbagun bagi para
pemuda adalah generasi ini harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan kemerdekaan
yang hakiki bagi bangsa Indonesia. Para pejuang dan pendiri bangsa meyakini
bahwa generasi setelah mereka akan menghadapi perjuangan yang lebih berat
dibandingkan mereka. Pada era global
ini, bukan hanya satu atau dua negara yang akan generasi muda hadapi, melainkan
semua negara yang ada di dunia ini.
Pada era global sekarang ini, menuntut berbagai perkembangann
dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara yang fokus dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah negara yang maju. Hal ini lah
yang menjadi tuntutan bagi pemuda Indonesia ketika mereka menginginkan
bangsanya sebagai bangsa yang di hormati oleh bangsa lainnya.
Penguasaan iptek juga bukan hal yang
mudah di tengah arus globalisasi. Di tengah tuntuutan pengembangan IPTEK, justru para generasi muda kita juga diserang teknologi dan ilmu pengetahuan
dari luar negeri. Mereka terus dimanjakan oleh berbagi teknologi negri dan
terdoktrin oleh berbagai ilmu pengetahuan dari luar negeri. Sangat malu rasanya
ketika para pemuda bangga menggunakan gadget terbaru dari negara lain. Sangat
sedih pula ketika melihat para petani kita masih menggunakan ani-ani untuk
memotong padi dan menggunakan pengairan tadah hujan untuk pengairan lahan
pertanian di perbukitan. Satu hal yang hal yang menjadi pertanyaan dimana IPTEK anak negeri yang dapat digunakan bagi peningkatan kesejahteraan bangsa
Indonesia.
Apakah generasi penerus bangsa ini
telah dikaburkan oleh makna kemerdekaan yang telah di capai pahlawan kita pada
tanggal 17 Agustus 1945 ? Atau generasi ini tidak mau bersama-sama berjuang
untuk bangsa ? Ini lah yang harusnya menjadi refleksi kita bersama dalam
memaknai arti kemerdekaan Indonesia.
Oleh : Pangrio Nurjaya (Ketua Umum Komisariat FEM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar