Dalam masa kampanye
yang sekarang ini sedang berlangsung, dimana kedua kandidat calon presiden
mengutarakan visi dan misi jika di masa depan ia akan menjabat sebagai pemimpin
negeri ini memang rawan terjadinya politik hitam yang menjatuhkan lawan melalui cara-cara yang tidak
sehat seperti memfitnah hal yang tidak benar. Yang jelas dalam agama dituliskan
bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Adanya acara debat
antara kedua calon kandidat presiden yang ditayangkan oleh beberapa stasiun
televisi swasta tersebut bisa menjadi jalan tengah guna menghindari terjadinya
politik hitam. Dimana dalam acara tersebut kedua calon kandidat capres saling
beradu argumen masing-masing tetang pengetahuan ekonominya dan langkah-langkah
solutif yang akan diambilnya jika ia akan memimpin kelak untuk Indonesia yang
lebih baik lagi. Baik itu mengenai peningkatan pembangunan manusia yang berupa
pembangunan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional. Ataupun mengenai renegosiasi terhadap kerjasama
dengan perusahaan asing dalam mengekspolitasi sumber daya alam Indonesia.
Acara seperti diatas
tersebut patut diapresiasi di tengah berbagai pemberitaan di media yang
cenderung menjual pencitraan salah satu kandidat saja. Kini masyarakat pun
dapat melihat kualitas dari kedua calon kandidat yang akan maju sebagai
presiden nantinya kelak. Adapun kritisi dalam berkampanye, yaitu
Jangan jual pencitraan!
Memang suat pencitraan
itu penting bagi masyarakat. Mayarakat
akan mampu melihat sosok pemimpin yang akan dipilih nanti jika calon pemimpin
tersebut mempunyai pencitraan yang baik maka masyarakat pun akan dengan
sukarela memilihnya untuk maju ke kursi singgasana. Tapi bukan berarti saat
berkampanye bisa menjual pencitraan dengan seenaknya, karena bagaimanapun
masyarakat indonesia kini telah cerdas dalam melihat seberapa pantas calon
tersebut menduduki kursi kepresidenan kelak.
Jangan jual janji!
Dalam masa kampanye ini
memang sudah biasa bahwa calon pemimpin mengutarakan janji-janji. Tapi bukanlah
janji yang banyak yang dibumbui oleh harapan palsu yang dibutuhkan masyarakat kini, tapi adalah janji
yang realistis mampu dan dapat terwujud. Karena bagaimanapun masyarakat akan
menagih janji yang telah calon kandidat utarakan saat berkampanye.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam berkampanye diperlukan strategi jitu yang taat terhadap
aturan yang berlaku sehingga jalannya kampanye akan aman dan damai serta
diperlukan strategi jitu yang memang benar adanya bukan hanya sekedar polesan
belaka untuk menarik simpati masyarakat. Sehingga diharapkan siapapun calon
pemimpin yang nantinya akan naik menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia
kelak tidak perlu memakai topeng palsu yang dipoles saat masa kampanye,
melainkan Indonesia punya pemimpin yang berkualitas, terbukti dan teruji mampu mewujudkan masyarakat indonesia yang
sejahtera, makmur, dan sentosa di masa depan.
Dituliskan oleh : Alfianisa Tongato - Anggota Komisariat FEM HMI Cabang Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar