Senin, 30 Juni 2014

BUKAN HANYA TOPENG POLESAN



Dalam masa kampanye yang sekarang ini sedang berlangsung, dimana kedua kandidat calon presiden mengutarakan visi dan misi jika di masa depan ia akan menjabat sebagai pemimpin negeri ini memang rawan terjadinya politik hitam yang menjatuhkan lawan melalui cara-cara yang tidak sehat seperti memfitnah hal yang tidak benar. Yang jelas dalam agama dituliskan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Adanya acara debat antara kedua calon kandidat presiden yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta tersebut bisa menjadi jalan tengah guna menghindari terjadinya politik hitam. Dimana dalam acara tersebut kedua calon kandidat capres saling beradu argumen masing-masing tetang pengetahuan ekonominya dan langkah-langkah solutif yang akan diambilnya jika ia akan memimpin kelak untuk Indonesia yang lebih baik lagi. Baik itu mengenai peningkatan pembangunan manusia yang berupa pembangunan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Ataupun mengenai renegosiasi terhadap kerjasama dengan perusahaan asing dalam mengekspolitasi sumber daya alam Indonesia.
Acara seperti diatas tersebut patut diapresiasi di tengah berbagai pemberitaan di media yang cenderung menjual pencitraan salah satu kandidat saja. Kini masyarakat pun dapat melihat kualitas dari kedua calon kandidat yang akan maju sebagai presiden nantinya kelak. Adapun kritisi dalam berkampanye, yaitu

Jangan jual pencitraan!
Memang suat pencitraan itu penting bagi  masyarakat. Mayarakat akan mampu melihat sosok pemimpin yang akan dipilih nanti jika calon pemimpin tersebut mempunyai pencitraan yang baik maka masyarakat pun akan dengan sukarela memilihnya untuk maju ke kursi singgasana. Tapi bukan berarti saat berkampanye bisa menjual pencitraan dengan seenaknya, karena bagaimanapun masyarakat indonesia kini telah cerdas dalam melihat seberapa pantas calon tersebut menduduki kursi kepresidenan kelak.

Jangan jual janji!
Dalam masa kampanye ini memang sudah biasa bahwa calon pemimpin mengutarakan janji-janji. Tapi bukanlah janji yang banyak yang dibumbui oleh harapan palsu yang  dibutuhkan masyarakat kini, tapi adalah janji yang realistis mampu dan dapat terwujud. Karena bagaimanapun masyarakat akan menagih janji yang telah calon kandidat utarakan saat berkampanye.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam berkampanye diperlukan strategi jitu yang taat terhadap aturan yang berlaku sehingga jalannya kampanye akan aman dan damai serta diperlukan strategi jitu yang memang benar adanya bukan hanya sekedar polesan belaka untuk menarik simpati masyarakat. Sehingga diharapkan siapapun calon pemimpin yang nantinya akan naik menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia kelak tidak perlu memakai topeng palsu yang dipoles saat masa kampanye, melainkan Indonesia punya pemimpin yang berkualitas, terbukti dan teruji mampu  mewujudkan masyarakat indonesia yang sejahtera, makmur, dan sentosa di masa depan.

Dituliskan oleh : Alfianisa Tongato - Anggota Komisariat FEM HMI Cabang Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar