Jumat, 13 Juni 2014

Memilih dalam Pemilu, Hak atau Kewajiban?



            Bismillahirahmanirahim,.. Saya teringat pada suatu kesempatan latihan kader HMI, ketika itu sedang membicarakan tentang takdir. Saya berfikir bahwa ketika bebicara takdir maka yang ada di benak saya adalah sesuatu yang telah ditatapkan oleh Tuhan terkait alam semesta dan seisinya termasuk manusia, sebelum manusia lahir bahkan sebelum alam semesta yang kita ketahui ini diciptakan. Tetapi, saat itu pemateri mengatakan bahwa menurut dia, ketika manusia dan alam semesta ini akan diciptakan, Tuhan dengan sifat Yang Maha Mengetahui-Nya telah mengetahui semua yang akan terjadi pada alam semesta bahkan semua yang akan manusia lakukan oleh masing-masing individunya. Tuhan dengan sifat Yang Maha Kuasa dapat dengan mudah mengubah apa yang akan terjadi pada alam semesta ini juga apa yang akan terjadi dan apa yang akan dilakukan oleh manusia, jika Tuhan menghendaki. Artinya bahwa semua yang terjadi pada alam semesta dan apa yang diperoleh manusia merupakan hasil dari apa yang dilakukan atau usaha manusia itu sendiri serta kehendak Tuhan dan bukan semata-mata karena takdir seperti yang selama ini saya fikirkan. Oleh karena itu menurut saya keliru orang-orang yang mengatakan “ biarkan sajalah sudah takdir Tuhan” tanpa adanya usaha untuk memperoleh yang lebih baik.

Bangsa ini pun sedang berusaha untuk menjadikana dirinya lebih baik dari sekarang atau bahkan sebaliknya, untuk lima tahun kedepan bahkan lebih melalui pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Meskipun tidak hanya melalui pemilihan umum untuk menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik tetapi umumnya pemimpin memiliki proporsi yang cukup besar dalam menentukan arah dan kemajuan suatu bangsa. Pemimpin merupakan salah satu iconbagi suatu negara dalam dunia internasional terutama di era globalisasi seperti saat ini. Oleh karena itu menjadi penting bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam memilih pemimpin yang jujur, terbuka (trasparan atau tabligh), adil, amanah, cerdas,mampu memposisikan diri dalam dunia internasional semata-mata untuk kepentingan bangsa dan seluruh rakyat Indonesia serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
            
         Waktu pemilihan umum presiden dan wakil presiden semakin dekat dan pada saat-saat kampanye seperti sekarang ini tim sukses serta para pendukungnya yang antusias, sibuk menyuarakan dukungannya terhadap capres dan cawapres yang diusungnya. Berbagai media dimanfaatkan seperti televisi, radio, pembicaraan dari mulut ke mulut, internet bahkan yang sedang ramai sekarang melalui jejaring sosial untuk menceritakan kebaikan dari pasangan calon yang didukungnya dan menjelekan pasangan yang lain. Sebagian orang merasa terganggu dengan hal tersebut, menurut saya ini merupakan hal yang wajar dan kembali lagi kepada bagaimana kita dalam menyikapi hal tersebut.
           
       Bukan hanya orang-orang yang kurang peduli terhadap momen pemilihan umum ini saja yang merasa terganggu bahkan orang yang peduli dan sangat ingin berpartisipasi dalam pemilihan umum ini juga merasa jenuh terhadap hal tersebut. Saya ingat ketika sedang berbicara dengan teman saya yang mengatakan bahwa sepertinya dia akan golput dalam pemilihan peresiden kali ini. Dia merasa jenuh setelah berusaha mencari berbagai informasitentang masing-masing calon presiden yang akan ia pilih dan merasa bahwa masing-masing calon yang ada sekarang tidak sesuai dengan kriteria yang dia harapkan misalnya seperti kriteria pemimpin yang saya sebutkan sebelumnya. Ia merasa bahwa tidak harus menurunkan standar kriteria yang diharapkan dan semakin jenuh dengan pemberitaan media mengenai masing-masing pasangan calon presiden dan wakilnya. Saya juga teringat dalam kesempatan diskusi terkait golput, teman saya mengatakan bahwa tidak etis jika seseorang yang golput kemudian protes atas kebijakan yang dilakukan pemerintah atau presidennya. Mungkin maksudnya adalah sebisa mungkin kita berusaha untuk tidak golput. Sebuah artikel yang pernah saya baca di dalamnya penulis mengatakan bahwa sekarang bukan jamannya lagi untuk berada di posisi netral, kita harus menetukan sikap dan berpihak kepada salah satu pasangan calon yang menurut kita lebih baik.

            Seketika muncul pertanyaan dalam diri saya bahwa sebenarnya ikut memilih dalam pemilihan umum peresiden dan wakil presiden merupakan hak atau kah kewajiban bagi setiap warga negara yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih?. Jika hal tersebut merupakan hak maka setiap warga negara bisa untuk tidak mengunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum tersebut dan menurut saya boleh saja meraka yang tidak memilih melakukan protes kepada pemerintah atau presiden jika ada hak-haknya yang diambil akibat kebijakan atau ketidak adilan presiden tetapi dia juga harus menjalankan kewajibannya sebagai warga negara.Tetapi banyak juga yang mempermasalahkan golput dan setiap warga negara yang telah memenuhi ketentuan sebagai pemilih harus ikut memilih salah satu pasangan calon presiden dan wakilnya seakan-akan memilih adalah sebuah kewajiban. Jika memang memilih merupakan sebuah kewajiban meskipun tidak secara langsung dikatakan atau dicantumkan dalam peraturan sebuah negara bahwa memilih presiden dan wakilnya adalah wajib maka masyarakat harus cerdas dalam menetukan pilihanya dan harus lebih objektif dalam menilai pasangan calon presiden dan wakilnya.

Keikutsertaan seseorang dalam memilih merupakan bentuk kontribusi orang tersebut secara langsung dan menjadi bagian dalam menentukan siapa yang akan memimpin bangsa ini mekipun hasilnya kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut saya zona netral adalah posisi yang ideal sehingga kita dapat menjadi lebih objektif dalam menilai sebagai upaya kita untuk menentukan siapakah pasangan calon presiden dan wakilnya yang akan kita pilih dalam pemilihan umum nanti. Apapun makna yang kita ambil terkait hak atau kah kewajiban untuk ikut memilih dalam pemilihan umum nanti, usaha yang kita lakukan untuk berpartisipasi dalam pesta rakyat lima tahunan ini baik dalam mencari informasi terkait pasangan calon, ikut kampanye dengan mendukung salah satu pasangan calon dan ikut serta dalam pemilihan umum nanti merupakan bagian dari upaya kita untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, adil dan sejahtera. Tidak beranggapan bahwa apa yang terjadi pada bangsa ini adalah “apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan sejak dulu”. Sudah sepatutnya kita bersyukur lahir di bangsa yang tanahnya begitu subur, alamnya indah dan kaya, masyarakatnya beragam terdiri dari banyak suku, budaya, dan agama yang berbeda. Bangsa yang begitu unik dan yang pasti harus kita jaga siapapun pemimpinya. Siapapun presiden yang terpilih nanti yang jelas kita telah berusaha dan kita serahkan hasilnya pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Siapa dan apapun yang kita pilih, kita tetap dukung Indonesia. Bersyukur dan Ikhlas, Yakin Usaha Sampai !








Ditulis oleh: Andri Sukrudin
                   ( Bidang Pengembangan Anggota HMI Cabang Bogor Komisariat FEM IPB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar